Gunung Penanggungan |
seperti miniatur Gunung Semeru.
Gunung Penanggungan berada dalam pegunungan Penanggungan yang
terdiri dari Gunung Penanggungan (1.653 mdpl), dan beberapa bukit yang
mengelilinginya yaitu Bukit Bakel (1.238 mdpl), Gajah Mungkur (1.084
mdpl), Sarah Klopo (1.235 mdpl), dan Bukit Kemuncup (1.238 mdpl). puncak
gunung Penanggungan terdiri dari batuan cadas dan rerumputan. pada
malam hari, udara
di puncak penanggungan berkisar antara 10-15 derajat celcius, sedangkan pada siang hari berkisar antara 15-25 derajat celcius.
di puncak penanggungan berkisar antara 10-15 derajat celcius, sedangkan pada siang hari berkisar antara 15-25 derajat celcius.
Vegetasi yang menutupnya merupakan kawasan hutan dipterokarp bukit,
hutan dipterokarp atas, hutan montane, dan hutan ericaceous atau hutan
gunung. berbagai macam flora yang dijumpai di Gunung Penanggungan
adalah jenis-jenis tanaman rimba seperti jempurit, kluwak, ingas,
kemiri, dawung, bendo, wilingo, dan jabon. disana juga banyak ditemui
tumbuhan seperti laos, kunir, dan jahe.
Medan yang ditempuh menuju puncak Penanggungan meliputi medan
datar, landai, miring, berbukit, dan berjurang. di kaki gunung, keadaan
medannya landai sampai sekitar 2 km, naik ke atas kemiringannya berkisar
antara 30 sampai 40 derajat. di bagian perut gunung agak curam,
berkisar 40 sampai 50 derajat. sampai di dada gunung banyak
jurang-jurang dengan kemiringan berkisar antara 50 sampai 60 derajat.
dari leher sampai puncak kita akan melewati medan curam berbatu, licin,
dengan kemiringan berkisar antara 60 -70 derajat. sampai di puncak,
batu-batu cadas akan nampak di sana-sini, dekat dengan puncak kita akan
menemui sebuah goa kecil yang bisa di gunakan untuk berlindung dari
badai.
referensi:
http://www.belantaraindonesia.org/2010/10/gunung-penanggungan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Penanggungan
PENINGGALAN SEJARAH
Sekitar tahun 1920-an, terjadi kebakaran hutan di lereng Penanggungan bagian
barat, kebakaran inilah yang mengawali penemuan puluhan situs arkeologi
dan ratusan artefak di Gunung Penanggungan. Tahun 1925, WF Stuterheim
mengadakan penelitian di Gunung Penanggungan kemudian menyimpulkan makna
Penanggungan bagi masyarakat Jawa kuno. banyaknya bangunan suci di
lereng Penanggungan membuktikan bahwa gunung Penanggungan erat kaitannya
dengan tradisi pemujaan kepada para Dewa atau arwah leluhur. Bangunan
suci itu berupa punden berundak, altar persajian, dan goa pertapaan yang
berfungsi sebagai pelataran tempat dijalankannya ritual - ritual
keagamaan Menurut WF Stutterheim, masyarakat jawa kuno menganggap gunung Penanggungan sebagai puncak gunung Semeru.
Penjelasan WF Stutterheim itu juga berdasar pada kitab Tantu
Panggelaran. dalam kitab tersebut disebutkan bahwa Bhatara Guru
menugaskan Brahma dan Wisnu untuk mengisi pulau Jawa dengan manusia. dan
karena pulau Jawa selalu di landa goncangan, maka para dewa memindahkan
gunung Mahameru dari India ke Jawa. dalam perjalanan memindahkan gunung
tersebut, bagian Mahameru berguguran menjadi gunung - gunung yang
berjajar di sepanjang pulau Jawa. tubuh gunung Mahameru diletakkan agak
miring menyandar pada gunung Brahma (Bromo) dan enjadi gunung Semeru.
puncak Mahameru sendiri adalah gunung Penanggungan. (cerita
lain menyebutkan bahwa gunung penanggungan merupakan puncak dari gunung
Arjuno, para Dewa memotong puncak gunung Arjuno untuk membangunkan
arjuna dari pertapaannya)
VR Van Romondt, seorang arkeolog asal Belanda yang telah beberapa kali melakukan penelitian di gunung Penanggungan
pada tahun 1951 mencatat terdapat sekitar 81 buah situs arkeologi di
lereng Penanggungan. peninggalan sejarah tersebut telah banyak yang
rusak karena kurangnya perawatan atau akibat bencana alam (longsor,
badai, dll), pada awal era orde baru juga tidak jarang terjadi pencurian
benda-benda arkeologi yang menyebabkan peninggalan sejarah di lereng Penanggungan
semakin berkurang. pada tahun 1991, inventarisasi lebih lanjut
dilakukan oleh DITLINBINJARAH mencatat tersisa sekitar 51 situs sejarah
yang bisa di jumpai. Tahun 2010 jumlahnya menjadi sekitar 42.
referensi:
Asal Mula Gunung di Pulau Jawa - 2005, Pustaka Jaya
http://www.belantaraindonesia.org/2010/10/gunung-penanggungan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Penanggungan
SAKSI BISU KEJAYAAN MASA LAMPAU
Gunung Penanggungan dianggap suci oleh masyarakat Jawa kuno,
merupakan tempat mensucikan diri bagi para pertapa, raja-raja, keluarga
dan petinggi kerajaan. di kaki gunung Penanggungan terdapat petirtaan
(pemandian) Jolotundo yang dibangun antara tahun 899-977 M, dan dulu
digunakan oleh keluarga kerajaan Majapahit. sekarang Jolotundo masih
mengalirkan air dan berfungsi sebagai tempat wisata pemandian.
masyarakat sekitar percaya bahwa air yang mengalir di Jaladwara
(pancuran air di petirtaan Jolotundo) adalah amerta (air keabadian)
karena berasal dari gunung Penanggungan, yang di anggap sebagai gunung
suci.
Pada masa kejayaan Majapahit, gunung Penanggungan sering
dikunjungi oleh Prabu Hayam Wuruk untuk bersembahyang atau sekedar
menghabiskan waktunya di Jolotundo. bahkan dalam kekawin Negarakertagama
pupuh 58:1 terdapat pujian terhadap gunung Penanggungan. disebutkan
ketika sang Prabu yang suka jalan-jalan tersebut pulang dari perjalanan
keliling Jawa Timur dari Lumajang ke kerajaannya, dia melewati Pasuruan
dan singgah di Cunggrang. di Ceritakan bahwa dari Cunggrang (yang
merupakan asrama para pertapa dan terletak di tepi lereng Penanggungan),
Prabu Hayam Wuruk melihat pemandangan yang begitu indah dari gunung Penanggungan.
bangunan suci di Penanggungan sebenarnya sudah ada sejak masa pra Hindu
- Buddha, berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap arwah leluhur.
pada masa Hindu - Buddha, bangunan tersebut beralih fungsi menjadi
tempat pemujaan terhadap para Dewa. pada masa kejayaan Majapahit, para
pertapa dan masyarakat banyak membangun lagi tempat pemujaan Dewa. tak
heran Penanggungan menjadi gunung yang kaya akan situs arkeologi.
Jalur Pendakian:
1. Jalur Trawas
dari arah Surabaya atau Malang, naik bus
dan turun di terminal Pandaan. terus naik angkot jurusan Trawas. dari
Trawas kita bisa naik ojek menuju desa Rondokuning. pendakian dimulai
dari Rondokuning melewati jalan setapak hutan. jarak Rondokuning -
Puncak Penanggungan sekitar 3-4 jam jalan kaki.
2. Jalur Jolotundo
jalur Jolotundo adalah yang paling
sering digunakan, karena jika kita lewat jalur ini kita akan menjumpai
banyak situs-situs arkeologi berupa punden, petilasan, candi, dll..
untuk mencapai Jolotundo dari Trawas kita bisa naik minibus. jarak
antara Jolotundo - Puncak Penanggungan sekitar 3-4 jam.
3. Jalur Ngoro
dari arah Malang atau Surabaya naik bus
dan turun di pertigaan Japanan, setelah itu kita naik minibus jurusan
Ngoro. dari Ngoro kita naik angkutan desa dan turun di desa Jedong.
jalur pendakian yang ditempuh adalah melewati hutan lindung. medannya
cukup landai, tanjakan yang cukup berat akan ditemui setelah kita
melewati candi Wayan. 2 Km menuju puncak kita akan melewati medan dengan
kemiringan sekitar 70-80 derajat. jalur Ngoro lebih sulit daripada
Jolotundo dan Trawas
kalian semua pasti udh pernah ke gn.penanggungan. tapi apa kalian apa udh pernah tau klo tu gunung ternyata banyak menyimpan sejarah kerjaan terbesar se asia tenggara di jamannya yaitu kerajaan majapahit.
BalasHapusklo blm kalian wajib baca..
www.seasonbet77.com
BalasHapushttp://198.50.133.242
Agen Judi | Agen Bola | Agen Sbobet
Agen Sbobet
Agen Judi
Agen Bola
Agen Judi Online
Agen Casino
Prediksi Bola
Agen Tangkas
Agen Poker
Agen IBCBET
Agen 1sCasino
d